Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan didalam batin
Tengoklah kedalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat 2X
Kita mesti berjuang, memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada disini, didalam jiwa ini
Berusahala agar Dia tersenyum 2X
Masih kuingat
bait syair sebuah lagu Ebiet yang terkadang masih aku senandungkan entah
mengapa kali ini aku ingin merenungkan dan mencoba mengkaji makna yang tersirat
ataupun tersurat dalam lagu tersebut dalam aktifitas keseharianku.
Kita mesti telanjang karena aku harus mandi setelah bangun
tidur untuk melakukan sholat subuh yang tentunya harus benar2 bersih namun apa
yang sering aku lakukan adalah hanya berwudhu untuk melakukan sholat Subuh
adapun mandinya menjelang berangkat kerja dengan harapan badan lebih Fresh,
jangankan untuk suci di dalam bathin sementara suci lahirpun belum bisa aku
laksanakan belum lagi ketika aku angkat tanganku bertakbiratul ihram aku telah
berniat untuk sholat dilanjutkan dengan do'a iftitah yang didalamnya kuucapkan
INNA SHOLATI WANUSUKI… dan seterusnya LILLAHI ROBBIL "ALAMIIN yang
bermakna Sholatku hanya karena Allah tidak lain itu hanyalah bagian dari
gerakan mulutku namun hati dan pikiranku kemana-mana, aku ingat sarapanku belum
tersedia, aku harus pergi kerja lebih awal agar tidak terlambat dan lain sebagainya.
Setelah salam
aku berdo'a : Robbana atina fiddunya khahasa wafil akhiroti Khasanah… dan seterusnya yang tidak lain adalah do'a
sapu jagat yang intinya meminta kebaikan dunia dan akhirat, cobalah anda pikir
patutkah Aku memohon kepada Allah yang sedemikian besar sementara aku sholat
tanpa mandi dan masih berpikir macam2 dalam sholatku.
Aku berangkat
kerja seiring dengan do'a Bismillahi Tawakkaltualallah, ditengah perjalanan
lalu lintas macet karena salah satu mobil menyerobot dan terjepit diantara mobil-
mobil yang lain dalam hatiku bergumam betapa egoisnya supir mobil tersebut
tidak pernah memikirkan kepentingan orang lain seakan aku selalu mendahulukan
kepentingan orang lain daripada kepentinganku sendiri.
Di kantor
kulihat atasanku sedang kebingungan di depan computer dan selalu bertanya pada
Clerknya Cara menjalankan Microsoft Office dalam hatiku berkata ah ternyata
bener juga kata orang bahwa dia jadi atasanku karena ada KKN habisnya pakai
Microsoft Office saja nggak bisa, tak lama kemudian anak buahku datang
menyerahkan data untuk bahan presentasiku yang kutolak karena cara mendapatkan
datanya salah, sekali lagi bergumam dalam hatiku apa saja yang dipelajari waktu
sekolahnya toh dia lulusan dari sekolah terkenal dan nilai rata2 nya lebih
tinggi dariku tapi kenapa sebodoh itu.
Sepintas terlihat ada pegawai wanita yang baru yang menarik
perhatianku cantik, tinggi semampai tapi sayangnya kalau berjalan sedikit
miring.Ah… . malu rasanya dengan lagu yang aku nyanyikan, selalunya kulihat
kekurangan orang lain ada dimataku namun DEBU dihatiku tak pernah aku
bersihkan.
Kita mesti
berjuang memerangi diri bercermin dan banyaklah bercermin.Aku sepertinya lupa
bahwa yang aku perangi selama ini adalah kemalasan untuk membaca buku2 ilmu
pengetahuan yang bisa menghambat karirku dalam bekerja selain itu dengan penuh
semangat aku perangi kemiskinan demi meningkatkan status sosial, memeras otak
hanya untuk mencari jalan agar mendapat tambahan penghasilan padahal terkadang
aku ingat sebuah kisah sahabat Rosulullah S.A.W yang bertanya sesaat setelah
peperangan Badar, ya Rosulullah adakah perang yang lebih dahsyat dari perang
badar ini, Jihaadun Nafs Jawab Rosulullah yaitu perang melawan hawa nafsu.
Beginilah aku yang lebih pandai berucap dan berkhotbah
ketimbang melakukannya.
Kalau masalah
bercermin aku tidak pernah lupa seharipun apalagi kalau akan keluar rumah,
kulihat wajahku, dandananku tak lupa kusemprotkan parfum kebanggaanku dan
dengan percaya diri aku keluar rumah. Aku juga bercermin kepada kawanku,
tetanggaku, keluargaku tentang apa yang telah dia lakukan sehingga mereka
berhasil menduduki jabatan yang tinggi, kekayaan yang berlimpah hingga tak
perlu khawatir tentang anak keturunanya, jeleknya aku jarang kalau tidak boleh
dikatakan tidak pernah bercermin kepada saudaraku yang senantiasa beribadah
kepada Allah, yang selalu mensyukuri apa yang dia miliki, lebih miskin dariku
namun bersedekah jauh melebihi aku padahal aku pernah mendengar bahwa lihatlah
kebawah tentang harta dan lihatlah keatas mengenai ilmu demikian juga ketika
aku mendengar Ayat Allah dibacakan " Lainsyakartum La azidannakum
Walainkafartum Inna Adzaabi Lasadiid " dan ditutup dengan shodaqollohul
adhim aku hafal tentang arti Ayat Allah yaitu barangsiapa yang bersyukur atas
nikmatKU maka akan kutambah nikmat itu dan barangsiapa yang ingkar sesungguhnya
siksaKU amatlah pedih kemudian ditutup dengan maha benar Allah dengan segala
FirmanNya dan semua itu berlalu begitu saja di telingaku.
Ya Allah dimanakah tempatku setelah Engkau perhitungkan
amal dan dosaku.
Allah ada
didalam jiwa ini adalah kalimat puistis yang sering kudendangkan tatkala aku
lagi menghadapi masalah atau menerima musibah tak lupa kusertakan kalimat
selanjutnya Allah akan membantu hambaNya yang berusaha tidak lain hanyalah demi
untuk memotivasi keyakinanku untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah, tidak
demikian halnya tatkala aku lagi Happy seakan kalimat2 tersebut tak pernah aku
mendengarnya bagaimana tidak, aku bisa berkata bohong untuk menolak permintaan
shodaqoh untuk masjid, aku dengan leluasa membawa alat tulis kantor ke rumah
untuk kepentingan pribadi semuanya seakan Allah tidak ada dalam jiwaku dan
tiba2 ada ketika aku butuh pertolongannya.
Ya Allah
berilah aku petunjuk karena hanya dariMUlah petunjuk itu datang. Dalam kebodohanku
aku masih yakin bahwa Allah akan tersenyum kepadaku meski aku tak tahu kapan.
Siapakah Aku ?
Aku bisa saja sang penulis, yang membaca atau siapa saja
yang masih suka menonjolkan Akunya.
Untuk kita renungkan… … … …
Tidak ada komentar:
Posting Komentar